. SiRizki: Fenomena Dikejer Anjing

Sabtu, 21 Desember 2013

Fenomena Dikejer Anjing

Siang itu di hari Jum'at, aku sedang sibuk maen PS di kamar sendirian, kalo nggak salah sekitar jam setengah satu. Saat itu aku lagi maen game bola, PES. Di layar kaca yang tersambung dari Playstation menunjukkan pertandingan sengit antara Man. United vs Chelsea, featuring Semen Padang. Lagi enak-enaknya nyerang dari sektor sayap, tiba-tiba mamaku datang, 


"STOP!!!....     Katakan tidak pada narkoba..."

"Adoh, ada apa lagi sih, Ma??!!??"

"Jum'atan sono!" Teriak mamaku sambil megang clurit.

"Ohh iya, lupa-lupa. Kek mana nih? Sempet??"

"Sudah makan dulu sana..." 

Aku langsung sibuk nyariin pensil 2B sama papan ujian, tapi ternyata aku nggak lagi Try-Out. Dari kamarku yang ada di atas, aku bergegas turun ke kamar mamaku buat ngambil sarung. 

Nyampe di bawah, eh kamar mamaku kekunci. Kuncinya dimana??? Ngegantung di pintu kamarku yang di atas. Kampret yah.


Jam sudah menunjukkan pukul 12. 40, sedangkan aku masih ngambil wudhu di rumah. Ahh... 

Aku mutusin buat jalan kaki aja ke mesjid, itung-itung olahraga. 

Tenang aja, mesjidnya deket kok. Gabakal telat...

Lima menit berselang sejak aku ninggalin rumah, masih belum nyampe juga. 
Tujuh menit masih belum juga.

Ahhh kampret... LARIIIII.....!!!! Kecepatan cahaya, ciaaatttt!!!!

Berselang 10 menit sejak dari rumah, akhirnya nyampe juga. Tapi ternyata aku telat, pas nyampe di mesjid aja kotak amal ngetawain aku. Aku malah jadi bingung, 

Kayaknya mereka kecepetan sholat deh....
Tapi loh? loh? loh? Andika Kangen Band rambutnya kok dikepang??? 

Akhirnya aku balik ke rumah dengan kepala tertunduk lesu. Sia-sia, padahal aku ngerasa lari lebih cepet daripada Cahaya Abadi, itu nama toko listrik. Deket rumahku. Yang punya namanya Edi, orangnya udah meninggal. Keselek solder sama batu giok.

Setelah aku jalan sekitar 500 meter dari mesjid, aku ngeliat ada remaja-remaja cewek yang lagi maen warnet berbicara sama temennya sambil menatap penuh misteri ke wajahku. Aku cukup denger perkataan mereka, 

"Eh eh, kau kemarin ada kan kutunjukkin blog yang lucu itu."

Aku tersenyum bangga.  Lalu temennya jawab,

"Hah? Yang mana?"

"Yang kalo nggak salah ada kuaci-kuacinya. Kayaknya itu yang punya blognya, si Rizki. Yang aneh itu."

"Hah? Aneh?"

"Iya, dia ganteng tapi lucu. Aneh kan?"

Well... well.... well... Daripada mereka malah ngejer aku, lebih baik aku mempercepat langkah. 

               
   


Sekitar 500 meter lagi nyampe rumahku, aku mulai jalan santai. Enjoy bro, enjoy...

"Hoii!"

Aku noleh ke belakang, ke arah sumber suara. Ternyata itu si Bosmer. Aneh ya namanya. Temen lamaku, dia tetangga sih bisa dibilang. Udah cukup lama aku nggak jumpa dia semenjak sibuk sekolah. 

Nah, Bosmer ini katanya asli Tarutung, nama daerah di Sumatera Utara. Jangan tanya tepatnya dimana, soalnya aku juga nggak pernah kesana. Karena dari Tarutung, tentunya si Bosmer ini orang Batak asli juga yang bermarga Tampubolon. Bosmer Tampubolon, itulah nama lengkapnya. Kayaknya.

Sesuai nama dan sukunya, wajah si Bosmer ini bener-bener memenuhi kriteria untuk menjadi orang Batak, nggak perlu seleksi apalagi masa percobaan. Bentuk muka petak, badannya gede, rambut keriting mengarah kribo. Kayak kulkas pake wig kribo.

Badannya itu gede banget loh. Lengannya aja, sebesar paha aku. Pahanya dia, sebesar lengan aku. Jadi jalannya agak timpang gitu. #apaini

Selain itu, suara si Bosmer ini juga keras banget. Pokoknya cetar, membahana, badai di ujung negeri. Itu nama judul film. 

Saking kerasnya suara si Bosmer ini, maka kalo dia nyanyiin lagu Ratu, "Cukuplah saja kau berteman denganku!", maka akan ditanggapi dengan, "Iya, Bang. Temenan aja kok, Bang. Ampun, Bang, ampun. Janji deh besok nggak nakal lagi."

"Eh, jadi kayak mana kau sekarang?" Bosmer memulai pembicaraan.

"Yah, biasa aja sih. Gini-gini aja."

"Ah? Mana bisa pulak gitu. HAHAHAHAHAHAHA.....!!!!" Tawa Bosmer meledak-ledak sampe keluar api dari mulut dan kedua lubang hidung. Maka, barangsiapa yang mendengar tawa Bosmer, ia akan mati cepirit. 

"Ohh yaudah aku duluan ya."  Soalnya aku mulai curiga kalo si Bosmer adalah seorang pengendali api yang ditugaskan raja api Ozai untuk membuka restoran Ayam Bakar Cabe Ijo Mas Ojai.

Baru selangkah aku melangkahkan kaki meninggalkan Bosmer, tiba-tiba

"Guk guk guk guk..."

"Hah?"

Aku liat ada seekor anjing lari ngedeketin aku, yah mungkin dia cuma numpang lewat. Tapi aku mikir lagi, ini kok malah makin deket?

"Woi... Lari woi!" Bosmer duluan teriak.

"Oiiiii...." Aku malah makin panik.

Aku lari sekenceng-kencengnya padahal napas udah abis buat lari ke mesjid tadi.  

"Mamaaa, aku bisulan mama!!" Bosmer teriak random.

Kita lari sekenceng-kencengnya. Semakin kami mencoba mempercepat lari, si Anjing malah semakin deket. Ini anjing apa jetski? Kenceng banget. Untungnya saat itu keadaan lagi sepi. Jadi nggak ada yang liat kita lari berantakan. Padahal dikejernya di pinggir jalan loh, tapi nggak ada yang mau nolongin kita. Kenapa? 

Kan nggak ada orang yang lewat, bego lo Ki!


Anjingnya malah lari makin kenceng, kalo lari lurus terus, sampe Ariel Noah menstruasi pun bakal gini-gini aja. Jadi aku sama Bosmer mutusin buat belok secara cepat lalu sembunyi dibalik rumah orang. Si anjing untungnya nggak ngejer lagi, tapi kayaknya si anjing masih nyariin kita berdua. Entah ada apa gerangan. Begitu bermotivasinya ia untuk ngejer kami. Kayaknya pada malam sebelumnya si anjing abis nonton acara The Golden Ways-nya Mario Teguh. Jadi walaupun banyak cobaan dalam hidupnya, ia tetep bersemangat dan pantang menyerah. Tapi sayangnya yang dikejer udah nggak semangat lagi. 

"Kek mana nih jadinya?" Bosmer menambah kecemasan.

"Mana ku tau."

"Kek mana kalo kita pura-pura jadi orang lain aja."

"Bego. Kan nggak lucu kalo kita lagi santai-santai jalan tiba-tiba anjinya tau kalo itu kita."

"Lucu kok lucu itu. Sumpah lucu kali itu."

Bosmer kembali salah menangkap apa yang aku maksud.



BTW aku jadi keinget kata papaku dulu, "Kalo ada anjing, ambil aja batu." Karena itu, aku langsung ngomong sama Bosmer buat nyuruh dia nyariin batu,

"Coba intip, anjingnya masih ada nggak?"

"Bah, kemana dia ya? Ini adanya nenek-nenek lagi goyang Caisar."

"Kau nengok ke sebelah sana bego!"

"Oh iyaa.. sori-sori." 

"Ada nggak?"

"Masih ada itu. Itu dia itu! Dia ada! Ada!" Bosmer teriak-teriak kayak abis liat Jin lagi boker sambil ngegantung di jemuran.

"Ohh yaudah, ambil batu! Pegang aja jangan dilempar, untuk nakutin anjingnya."

"Ohh oke. Ini mau ku cari!"

"Sep."

Tiba-tiba Bosmer manggil aku dengan suara pelan, 

"Heh, kalo yang ini kek mana?"  Sambil nunjuk sebuah batu segede gaban.

"Bego! Kalo yang itu ga usah kan anjing, singa aja yang awalnya Hardcore berubah jadi idol group. Masalahnya, itu nggak bisa kau genggam."

"Ohh iya hehe.. Ah, yang ini aja." Bosmer kali ini memilih batu yang ukurannya bisa diterima akal sehat.

"Oke, yok keluar kita."

Ternyata anjingnya masih keliling, tiba-tiba ngejer lagi, 

"Kampret larii...!!!" Bosmer kabur

"Woii... Tungguu!! Batunya lempar woi! Batunya mana!" Aku teriak ke arah Bosmer.

"Soriiii...!! Tadi aku panik!! Batunya jatuh!"

Tiba-tiba, jebrettttt..... si Bosmer kepeleset tepat di depan warung Bu Ibo (Nama yang ini makin aneh) yang sedang tutup. Kampret. Untungnya si anjing udah nggak ngejer lagi. Aku ngeliat si Bosmer badannya penuh pasir dan tanah. Huh. Dari kejauhan, aku ngeliat om-om bersama anak-anaknya ketawa penuh kemenangan. 

Tentunya sebagai temen Bosmer, aku juga malu. Rasanya aku pengen menelepon hotline truk dan bilang, "Halo, Pak. Minta bantuan untuk mengirim truk manggis. Buat nabrak saya. Segera."

Si om-om beserta anak-anaknya mendekat dan kayaknya bakal mendatangi kami. Ternyata bener.

"Ada apa itu?" Si om teriak diikuti tawa dari anak-anaknya.

"Nggak apa-apa om." 

"Makanya, udah besar masih maen kejer-kejeran. Jatuh lagi, Haduh." 

Aku menelan ludah. 

"Kamu tau nggak pas om seumuran kalian, om udah nggak main kejer-kejeran lagi. Malah om udah punya pacar, kalian udah punya belum?"

Halo, Pak. Bagaimana pesanan truk manggis saya? Bisa dipercepat?

"Hehe. Yaudah duluan ya pak. Makasih udah perhatian." Bosmer mencoba berlari dari kenyataan.

Selepas itu, aku dan Bosmer malah jalan bareng menuju rumahku. Dia cuma nganterin doang, gatau kenapa. Biasanya dia nggak ada kerjaan. 

Udah nyampe depan gerbang rumahku, Bosmer ngomong, 

"Eh, aku punya dua kabar buat kau. Kabar buruk dan kabar baik."

"Ada apa?"

"Kabar buruknya, kata anak-anak sini kau gay ya?"

"Hah? Apa itu? Darimana itu infonya? Mana ada itu. Yaudahlah, bego. Terus kabar baiknya?"

"Kau manis juga, ya."

Hah?

Move your way! Move your way! A truck full of manggis need to pass!

Aku langsung bergegas masuk ke dalam rumah tanpa menjawab pernyataan Bosmer. Siang itu, bener-bener siang yang aneh.

.... truk manggis, mana truk manggis?










Baca juga yaa

9 komentar:

  1. haha. gokil.
    tapi gimana dengan anjingnya. masih ngejar apa kagak? gantung nih ceritanya

    kalau ada waktu, main ke blogku juga ya

    BalasHapus
  2. Lah, penulisan adegannya kok persis di buku Lontang-lantung, ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada yg gw ambil, tapi kalo adegan emg asli smua

      Hapus
    2. Wajar, tinggal di medan, jadi org batak bertebaran. Muka org batak kan sama smua

      Hapus
  3. bosmer gede doang sama anjing takut

    BalasHapus

Mohon memberi komentar dengan sopan dan bijak. Silahkan komentar sepuasnya, selagi gratis!
=)