. SiRizki: Rizkinya Lagi Sibuk: Mengapa Ada Orang Indonesia Yang Menjadi Fans Timnas Negara Lain?

Kamis, 29 Mei 2014

Rizkinya Lagi Sibuk: Mengapa Ada Orang Indonesia Yang Menjadi Fans Timnas Negara Lain?


Aku memanglah orang yang sering mood-mood-an, contohnya aku bisa meninggalkan blog tanpa postingan selama berminggu-minggu hanya karena alasan klise, "lagi nggak mood."

Namun kali ini bukan masalah mood yang menyebabkan aku jarang nge-post lagi, tapi kesibukan. Apa kesibukan itu? Bukan... Bukan karena aku ikut Indonesian Idol, apalagi Dangdut Academy, tapi karena sibuk belajar soalnya udah mau ujian semester. Bukannya apa-apa, akhir-akhir ini hari-hariku dipenuhin dengan sesuatu jahanam bernama les. Yap, abis pulang sekolah, les. Abis jalan-jalan, les. Bahkan abis les, les lagi. Pokoknya hal monoton itu ku lakukan tiap hari.

Tapi kan ada hari Minggu sama tanggal merah?

Benar, tapi di hari libur yang seharusnya menyenangkan itu, aku harus les. 

Ngapain capek-capek les, takutnya nanti nilainya ancur, yang ada malah nyesel.


Pernyataan semacam ini udah berulang kali aku pikirkan, tapi setelah ku renungkan ternyata tujuan kita belajar melalui les itu bukan untuk nilai, tapi ilmu. 

Tapi, apa nggak capek?

Nggak akan capek. Kalau kita berfikiran bahwa nilai itu cuma apresiasi atau hadiah atas segala usaha kita. Yang menjadi tujuan adalah ilmunya, sedangkan nilai itu hanyalah apresiasi. Misalnya ulang tahun, apa sih tujuan kita memperingati ulang tahun itu? Kalo menurutku, bukan untuk ngumpulin hadiah dan ucapan dari temen-temen, tapi untuk mengingatkan kita untuk memperbaiki diri. *Mario Teguh Mode: ON*

Dan buat kalian semua, mungkin untuk beberapa hari, atau mungkin lebih kurang 2 minggu ke depan, aku akan meninggalkan blog ini. Dan sebagai blogger yang bertanggung jawab, aku nggak akan meninggalkan blog ini begini saja. Aku ada tulisan inspiratif dari Pangeran Siahaan, seorang komentator sepak bola, bisa dibilang juga dia seorang SoccerAddict, dan juga seorang penulis. Dia udah menulis dua buku, yakni "The Big Pang Theory: Talking Nonsense about Football" dan "The Big Pang Theory: Talking Mad About Football". Di buku tersebut, dia membahas hampir segala aspek tentang sepak bola, tentunya bukan dengan pemahaman mainstream yang membosankan. Pokoknya di buku tersebut, kita bisa ketawa, senyum-senyum sendiri, dan dapat ilmu baru juga mungkin. Efek yang bakal terasa di pikiran kita ketika membaca setiap paragraf tulisannya adalah "Oh, iya. Bener juga ya.. Hahahahaa....."

Oh, iya... kalau "pengetahuan" kalian masih sedikit tentang sepak bola, ada baiknya jangan membeli buku ini dulu, karena bakal banyak materi dan jokes yang tidak kalian mengerti. Takutnya buku ini akan terasa membosankan. Lebih baik sering-sering dulu mengikuti segala perkembangan sepak bola, dan setelahnya... kalian WAJIB membeli bukunya.

....

Semenjak aku membaca tulisan Pange, aku jadi tertarik pada setiap tulisannya, termasuk yang ada di blog dan website yang dikelolanya, seperti bolatotal.com, dsb. Dan aku mengajak kalian semua membaca salah satu tulisan inspiratifnya di sini.

....

Mengapa Ada Orang Indonesia Yang Menjadi Fans Timnas Negara Lain?

Pertandingan Indonesia melawan Belanda di Stadion Utama Gelora Bung Karno yang secara mengejutkan dimenangi oleh tim tamu dengan skor 3-0 menyisakan banyak cerita. Tentu saja cerita  yang dimaksud bukan mengenai si yang menyambangi kamar para pemain Belanda selepas tengah malam, tapi perihal banyaknya penonton Indonesia yang turut bersorak ketika gawang mereka dijebol oleh Belanda.

Saya menonton pertandingan tersebut di sebuah pub di Kuningan yang dipenuhi oleh orang lokal. Kebanyakan dari mereka sibuk mencibir bagaimana payahnya performa timnas Indonesia. Saya menganggapnya sebagai self-deprecating karena toh kebanyakan dari mereka masih antusias ketika Greg Nwokolo hampir lolos berhadapan one-on-one dengan kiper Belanda dan ketika Andik Vermansyah melakukan solo run khasnya. Ketika Belanda menjebol gawang Kurnia Meiga tiga kali, mereka hanya tertegun. Saya anggap mereka sudah berdamai dengan diri mereka sendiri.

Tapi beberapa penonton yang lain bertingkahlaku lebih menarik. Beberapa di antaranya mengenakan baju oranye dan ketika Belanda mencetak gol mereka bersorak-sorai. Ketika Indonesia mendapatkan peluang yang jarang-jarang, mereka adem-adem saja. (By the way, karena ini adalah pertandingan antara im peringkat 5 dunia dengan tim peringkat 170, maka yang saya kategorikan sebagai peluang bagi timnas Indonesia adalah ketika mereka sukses melakukan passing di wilayah permainan Belanda. Standar memang harus diturunkan ketika menyaksikan pertandingan seperti ini).

Beberapa komentar serupa juga terdengar dari mereka yang menonton langsung di stadion. Bahkan beberapa orang asing mengaku terheran-heran melihat para penonton tuan rumah yang merayakan gol yang dicetak Belanda. Bagi mereka, merupakan sebuah pemandangan yang aneh menyaksikan bagaimana seseorang mengingkari kebangsaannya untuk membela sebuah tim nasional dari negara lain.

Ini memang sebuah kenyataan yang aneh bagi saya beberapa tahun lalu, tapi tidak lagi begitu saya menyadari bahwa beberapa orang memandang sepakbola dari perspektif yang sama sekali berbeda.

Lazimnya hak prerogatif kesuporteran (fandom) seorang fans sepakbola hanya sebatas level klub karena menjadi suporter tim nasional adalah sesuatu yang diterima by default. Anda bisa menjadi suporter klub apa saja, tapi jika berbicara mengenai tim nasional, anda tak bisa menawar. Jika anda adalah seseorang yang berkewarganegaraan A, maka secara lumrah anda menjadi suporter timnas A. Bahkan anda tak perlu menjadi seorang penggemar sepakbola untuk menjadi suporter timnas A, karena identitas anda sebagai warga negara A akan dengan sendirinya mendorong anda untuk mendukung timnas A pada lomba balap karung sekalipun.

Merupakan sebuah hal yang biasa untuk menanyakan, “klub favorit elo apa?”, tapi jika anda sadari, ada pertanyaan lain yang tak aneh ditanyakan di kalangan para penggemar sepakbola di Indonesia dan pertanyaan itu adalah, “timnas favorit lo apa?”

Pertanyaan soal mana timnas favorit tentu saja adalah sebuah pertanyaan aneh jika ditanyakan kepada para penonton sepakbola di Eropa. Orang Kroasia akan menggaruk-garuk kepala jika anda menanyakan timnas favorit mereka apa karena tentu saja mereka mendukung Kroasia. Demikian pula orang Inggris, Jerman, Italia, dan lain-lain. Bahkan jika anda menanyakan hal yang sama kepada negara cere Eropa sekalipun seperti Belarusia, anda akan mendapatkan jawaban yang sama.

Tapi hal demikian tidak aneh di Indonesia. Kenapa? Karena rata-rata penggemar sepakbola di Indonesia menaruh tim nasional negara-negara Eropa dalam kerangka yang sama dengan klub-klub sepakbola Eropa. Maka ada orang Indonesia yang menjadi penggemar fanatik timnas Inggris, Jerman, Italia, Spanyol, dan tentu saja Belanda.

Ini adalah sebuah hal juga lazim terjadi di negara-negara Asia, terlebih Asia tenggara. Anda juga akan menemukan hal yang mirip-mirip terjadi di Malaysia, Singapore, dan lain-lain. Jikalau anda tanya apa yang menjadi penyebabnya, jawabannya tentu saja tak jauh-jauh dari globalisasi sepakbola modern. Berbagai pertandingan internasional yang disiarkan di jaringan televisi dengan sendirinya menjadi penyubur kesuporteran jenis ini.

Kalau mau ditarik lebih jauh lagi, hal ini ada kaitannya dengan prestasi timnas negara-negara Asia tenggara yang masih dalam taraf regional saja. Mereka tak pernah berkompetisi dengan negara-negara top Eropa dan Amerika selatan, maka mereka merasa tak ada konflik kepentingan jika mendukung timnas negara lain yang bukan negara mereka.

Pada intinya pendukung berbagai timnas negara Eropa di Indonesia menganggap timnas-timnas tersebut sama dengan klub sepakbola Eropa. Timnas-timnas tersebut diletakkan sebagai sebuah objek fanatisme olahraga yang tak ada hubungannya dengan identitas nasionalisme. Dalam beberapa kasus, ada faktor historis yang melatarbelakangi fans seperti ini (seperti misalnya faktor keturunan atau kedekatan sejarah), tapi dalam kasus yang lebih sering terjadi adalah fans-fans timnas negara lain ini tak punya alasan apa-apa selain masalah sepakbola semata.

“Saya suka sepakbola Jerman, maka saya jadi fans timnas Jerman” atau “Saya penggemar Liverpool atau Manchester United, maka saya jadi fans timnas Inggris”.

Dengan berangkat dari pemahaman yang sama, maka tidak ada orang Indonesia yang menjadi fans timnas Inggris karena merasa orang Inggris. Mereka adalah orang Indonesia yang suka sepakbola Inggris.

Maka tidak heran jika ada orang-orang Indonesia yang menjadi pendukung setia timnas Belanda. Saya memahami mereka tetap sebagai orang Indonesia yang menggemari sepakbola Belanda, sama seperti halnya saya menyukai Manchester United.

Inilah globalisasi sepakbola modern saat nilai identitas sebuah timnas sepakbola luluh menjadi objek idola yang bisa menarik siapa saja untuk menjadi penggemar tanpa mempedulikan identitas nasionalisme.

Apakah ini salah? Bagi saya tidak. Jika gerombolan orang Indonesia bisa berteriak histeris menonton group K-Pop dan JKT48 atau menjadi fans fanatik band musik dunia, tidak ada yang terlalu aneh bagi orang-orang Indonesia yang menjadi fans timnas Belanda, Inggris, Jerman, dan lain-lain.


....

Baca juga yaa

5 komentar:

  1. buat gue sendiri sih karena pemain luar ganteng-ganteng haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jiah, dasar cewek... Tapi gak masalah juga sih

      Hapus
  2. gue juga suka karena ganteng-ganteng :p haha

    BalasHapus
  3. The new Caesars Casinos in Las Vegas - KTNV
    A $20 million renovation 구미 출장안마 of the casino 포천 출장안마 will 영천 출장안마 include more than 150 table 제주 출장안마 games, a 창원 출장안마 spa, casino, new restaurants,

    BalasHapus

Mohon memberi komentar dengan sopan dan bijak. Silahkan komentar sepuasnya, selagi gratis!
=)