. SiRizki: Peraturan Aneh Para Guru Sekolah

Sabtu, 09 Agustus 2014

Peraturan Aneh Para Guru Sekolah


Tak ada manusia yang tak pernah salah
Tak ada manusia yang tak pernah menyakiti,
baik fisik maupun perasaan

Tapi yakinlah,
MANUSIA
adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna
Kita diberikan nurani oleh Allah SWT
Tuhan yang Maha Esa

Sehingga sebenci apapun seseorang
Setidak suka apapun seseorang
Terhadap sesuatu
PASTI, masih ada kata maaf darinya, masih ada rasa ikhlas darinya
Percayalah.

Karena kata JKT48 di lagu "Apakah kau melihat mentari senja?"
Manusia itu tak bisa hidup sendiri


Fudail bin Iyad berkata : “Jiwa kesatria ialah jiwa yang memafkan kesalahan-kesalahan saudaranya.”
Siapa yang bersaudara?
Jawabannya adalah, semua manusia.
Ya, semua manusia bersaudara
Karena berasal dari moyang yang sama, Adam dan Hawa

"Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar: 53-54).

Nah, Tuhan saja maha Maha Mengampuni
Jadi, hendaknya kita semua di bulan yang fitri ini saling maaf-memaafkan
Siapapun.
Benar?

Saya dan keluarga mengucapkan,
Selamat Hari Raya Idul Fitri.
Mohon Maaf lahir dan bathin.

..........

Setelah sekian lama aku nggak apdet blog, akhirnya aku memutuskan untuk kembali.

Yah, buat blog... Maaf ya, aku udah anggurin kamu, jerukin kamu, apelin kamu. Lihatlah dirimu, aku sampe lupa memperpanjang custom domainmu. Jadi, sampe beberapa hari ke depan, biarlah namamu menjadi www.blogkuaci.blogspot.com dulu untuk sementara. Agak panjang memang, tapi nggak apa-apa kan?


Lihat saja kapan apdetan aku yang terakhir sebelum ini, hampir dua bulan yang lalu, Brow! Bayangin aja coba, rumah aja kalo ditinggalin kosong 40 hari mitosnya bisa disiin sama makhluk gaib, apalagi blog yang ditinggalin selama 60 hari? Apalagi hatiku yang ditinggalin kosong berabad-abad?

Entah atas dasar apa, selama hampir dua bulan belakangan, aku agak males berhubungan dengan yang namanya blog. Aku lebih tertarik bikin video di instagram walaupun jarang, aku lebih tertarik tidur malas-malasan di rumah karena libur panjang selama bulan puasa.

Kalo ngingat sedikit aja tentang blog, perutku tiba-tiba mules, kepala pusing, muntah-muntah, perut membuncit.... "ANAK SIAPA YANG ADA DI DALAM???? AKU COWOK APA LEKONG?!?!!"

Well, di tulisan kali ini, aku mau serius DIKIT, jadi banyakan becandaannya... Wakakakakakakaak #ApaanSih? Setelah di tulisan sebelumnya aku curhat-curhatan layaknya ABG yang baru jerawatan, sekarang ini aku nggak mau begitu lagi. Aku harus dewasa di tulisan ini, anggap saja ini sebagai bonus selepas aku "melupakan" blog ini. Pemabahasan pertama, sebelum masuk ke bagian wejangan adalah "Peraturan Aneh Para Guru Sekolah."

Mungkin akan agak mengkritik pendidikan dan guru di Indonesia, tapi nggak apa-apa deh, sekalian curhat.

Aku terinspirasi tulisan ini setelah melewati hari-hari pertama masuk kelas baru, di kelas XI (kelas 2) SMA. Emang sih, aku dari dulu tiap kali naik kelas, maka sebagian besar dari guru juga berganti. Karena hal itu, aku jadi sering mengamati cara-cara tiap guru mengatur kelasnya. Ada yang keren, ada yang bener, dan banyak yang aneh. Ya, banyak. Nah, di tulisan ini, kita bakalan bahas yang anehnya doang. Aku nggak bakal nulis semua aturan aneh tersebut, melainkan sedikit aja mungkin 2-3 aja, syukur kalo sampe 5. Okedeh, langsung dibaca aja yah.

1. Nggak Ngizinin Ke Toilet

Ini adalah aturan yang menurutku freak abis, aneh! So weird!
Alasan guru:
1. "Kan bisa ke toilet pas istirahat."
2. "Nanti kalau kamu keluar-masuk, teman-teman yang lain jadi terganggu,"
3. "Nanti kalian malah ke jalan-jalan ke kantin."

Kita semua nggak akan pernah tahu kapan kita ingin buang air kecil maupun besar. Emangnya kalian pernah tahu kalo 10 menit 15 detik yang akan datang, kalian akan buang air besar. Aku yakin nggak. Berbicara tentang jam biologis, yakni buang air besar atau kecil di jam yang sama tiap harinya, ya itu benar. Tapi terkadang, ada masanya dimana tiba-tiba yang "di bawah" nggak bisa diajak kompromi, padahal udah dibuang pas pagi. Eh, siangnya pas di sekolah malah ngajak "main" lagi.

Lalu, kata guru, "Makanya buang air itu pas istirahat." Nah loh, kalo pas istirahat belum sesak gimana? Apa harus dipaksa? Yang ada malah kencing batu.

Masalah temen yang ngerasa keganggu, kayaknya sih nggak ada tuh temen-temenku yang merasa terganggu cuma gara-gara aku ke toilet, begitu juga sebaliknya. Gurunya aja yang merasa terganggu, mungkin.

Jawaban untuk alasan guru yang ketiga adalah: Ayolah, mulailah percaya kepada anak yang anda didik. Kalau anda terus-terusan tidak percaya terhadap hasil kerja anda, maka anda juga tidak percaya dengan kemampuan anda. Lagian, kalian diberikan otak dan hati untuk berfikir, maka kalian pasti tahu mana yang jujur, mana yang nggak. Right?

Untuk semua guru, kalau memang rasa ingin buang air itu bisa disetting, aku atau kami nggak akan pernah meminta "sesak" itu datang ketika di sekolah. Karena buang air di rumah sendiri itu jauh lebih nikmat. Tapi, karena nggak bisa disetting, begitulah jadinya. Kami sebenarnya tidak ingin begitu, hanya keadaan yang memaksa. Aku sendiri aja pernah pas sholat Jum'at yang tentunya berjama'ah (rame-rame) dan berdiri di tengah, tiba-tiba sesak buang air. Pastinya aku nggak pengen hal itu terjadi, tapi keadaan yang memaksa. Mengerti?

Menahan buang air itu sangat tidak baik, guru. Lebih banyak mudharatnya dibanding manfaatnya. Mudharatnya antara lain, bisa mengakibatkan batu ginjal, infeksi ginjal, masalah kantung kemih, kanker usus, dsb. Lagian, kalo belajar dalam kondisi menahan sesak, aku yakin PASTI, kita nggak bakal bisa konsentrasi. Aku udah buktikan sendiri soalnya.

Bahkan mamaku sendiri bilang, "Kalo guru kau nggak ngasih kau ke kamar mandi, padahal kau udah sesak sekali. Udah, langsung aja kau keluar. Nggak usah dipedulikan, kalo dia mau manggil orang tua, nggak apa-apa, mama yang bakal datang."

Solusi untuk masalah ini:

Tiap siswa yang ingin izin ke toilet, baik buang air kecil maupun besar akan diberikan semacam kartu dari guru yang sedang mengajar di kelasnya. Jadi, dia bisa keluar jikalau memegang kartu tersebut yang tentunya sudah disiapkan oleh masing-masing kelas dengan kuota per kelas 1-2 kartu. Sehingga, sekolah tetap bisa membatasi siswa yang hilir mudik keluar kelas. Dan bila ada guru yang mendapati murid yang keluyuran keluar kelas, gurunya tinggal minta tunjukkin kartu tadi. Kalau ada, perhatikan saja, dia memang beneran ke toilet apa ngawur ke tempat lain. Kalau nggak ada, berarti dia belum mendapat izin dari guru kelas.

2. Nggak Ngizinin Minum

Untuk yang ini, sebenarnya nggak terlalu parah. Tapi, yaa nggak apa-apalah dibahas. FYI, banyak sumber yang menyatakan bahwa kekurangan air putih dapat mengurangi konsentrasi dan daya pikir. Jadi, bukankah ideal jika kita perbanyak minum air putih ketika belajar agar membantu konsentrasi? Dalam sebuah olimpiade Sains yang pernah aku ikutin sebelumnya, aku melihat banyak peserta lain yang membawa botol minum segede Ultraman. Botolnya doang, airnya kagak. Huahuahuahuaa.... Nggaklah, bercanda. Airnya juga.

Terkait pendapat bahwa minum di depan guru itu tidak sopan, aku sendiri masih bingung letak nggak sopannya itu dimana. Mungkin ada yang bisa membantu? Karena aku sendiri belum tahu perihal kesopanan ini. Tapi, kalo gurunya juga minum, akankah jadi masalah? Pendapat sementaraku mengatakan tidak.

3. Mencatat Yang Sudah Ada di Buku Cetak

Ah, entahlah. Entah apa manfaatnya, mungkin hanya gurunya sendiri yang tahu, sedangkan Tuhan mengatakan bahwa hal itu juga tidak ada manfaatnya. Mungkin. Bercanda. Hehe. #JanganSensitif

Katanya, apa yang kita tulis itu akan lebih mudah diingat, yaa.. mungkin. Kemudian, dengan begitu secara nggak langsung kita juga belajar. Perihal itu, kalau emang si siswa nggak niat untuk belajar atau nggak suka pelajarannya, ya sama aja. Nggak akan masuk ke otak. Tapi, ada yang bisa mengoreksi aku di bagian ini? Mungkin aku salah.

4. Memeriksa Catatan dan Kerapihan Catatan

Menurutku, catatan itu adalah rahasia murid dan hanya murid lah yang harusnya mengerti catatannya sendiri. Yang dilakukan guru seharusnya bukanlah memeriksa catatannya, tapi memastikan muridnya mencatat ketika diperintahkan. Setelah itu, biarkan mereka sendiri yang mengerti apa yang mereka catat.

Aku sendiri memiliki beberapa teman yang tergolong pintar (Ingat, pintar, bukan rajin. Pintar belum tentu rajin dan begitu sebaliknya) dan memiliki kemampuan berfikir di atas rata-rata dan sebagian besar dari mereka memiliki catatan yang bisa dibilang hancur lebur. Hanya mereka sendiri yang mengerti, tapi menurut aku itu bukan masalah.

Karena apa yang disukai sama guru belum tentu disukai juga oleh muridnya, jadi guru tidak boleh memaksakan kehendaknya sendiri.

Selesai.



Untuk bapak dan ibu guru,

Tulisan saya tidak ada pembukanya, bapak dan ibu guru. Jadi langsung saja.

Saya sangat setuju bahwa kita semua harus menghargai dan menghormati guru. Setuju sekali. Tapi, anda jangan meminta untuk dihormati, jangan buta akan kehormatan, gila kehormatan, dsb. Karena kebanyakan guru di Indonesia (tidak semua), ingin dihormati tanpa menghargai, ingin dipercayakan tanpa mempercayakan, ingin dipuji tanpa memuji. Dengan begitu, anda akan melakukan segala cara untuk mendapatkan ke-egois-an itu, bisa dengan menegakkan ketegasan menjurus galak, menegakkan disiplin menjurus pendidikan militer, dsb.

Jika terus seperti itu, anda akan kehilangan respek dari murid. Murid tidak ribut saat anda mengajar bukan karena segan, tapi karena takut. Iya, takut. Menurut anda, elok tidak jika belajar dalam ketakutan dan keterpaksaan? Bukankah belajar itu seharusnya dalam keadaan bahagia dan rasa ikhlas?

Saya yakin anda senang jika murid anda tidak ribut lagi karena anda menjalankan aturan ekstra ketat dilengkapi wajah anda yang selalu cemberut bila berhadapan dengan murid, tapi... Pernahkan anda berfikir, dibalik kesenangan pribadi anda, ada banyak orang di hadapan anda yang sedang menghadapi ketakutan karena anda, dan karena nilai yang akan anda berikan.

Guru... Katakanlah pada muridmu bahwa belajar itu murni untuk mendapatkan ilmu, bukan nilai. Dengan begitu, secara tidak langsung anda mengajarkan keikhlasan kepada anak didikmu. Ya, mereka diajarkan untuk melakukan sesuatu yang berguna tanpa bayaran apapun.

Ilmu itu tidak bisa dinilai, karena tiap orang memiliki spesialisasi ilmu yang berbeda-beda. Albert Einstein pernah berkata, "Jika kamu menilai ikan dari caranya memanjat pohon, ikan itu akan selamanya merasa dirinya bodoh." 

Dengan begitu, berhentilah menilai bahwa seorang anak bodoh jika ia tidak mendapatkan nilai tinggi di mata pelajaran anda. Karena tiap orang punya kelebihan yang berbeda. 

Selanjutnya, jika anda termasuk guru yang modern, tentu anda tahu bahwa kiblat pendidikan dunia bukanlah di negara adidaya Amerika Serikat atau Trio Macan Asia; Cina, Jepang dan Korea. Melainkan negara kelahiran Angry Birds, Finlandia. Yap, saya akan langsung menunjukkan beberapa program pendidikan mereka, agar lebih mudah dipahami, antara lain:

1. Anak Finlandia tidak memulai sekolah sampai usia mereka 7 tahun. (Bandingkan dengan para orangtua di Indonesia justru bangga anaknya sekolah pada usia dibawah usia 7 tahun. Bahkan dengan beban pembelajaran yang berat.)

2. Tidak dibebani ujian dan PR, sampai menjelang usia mereka remaja.

3. Anak-anak tidak diukur sama sekali selama enam tahun pertama pendidikan mereka. (Pada sistem pendidikan kita, murid SD sampai stres karena sering ditakuti pihak sekolah dengan seabreg ujian. Padahal terkadang anak sering tidak diajar).


4. Hanya ada satu tes standar wajib di Finlandia, yang diambil ketika anak-anak berusia 16 Tahun. (Bandingkan dengan sistem ujian ujian di SMP dan SMA, ditambah UN. Bukan saja membuat lembaga pendidikan menjadi tidak jujur, anak hanya dihargai otaknya saja. Minus bakat dan minat).

5. Tidak ada Kelas Unggulan, semua kemampuan berada pada kelas yang sama. Dan terbukti akhirnya RSBI /RSI di Indonesia dicabut keberadaannya oleh MK karena akan tercipta kasta-kasta baru dalam dunia pendidikan.

6. Finlandia menghabiskan sekitar 30 persen lebih untuk biaya pendidikan per siswa mengungguli Amerika Serikat.


7. 30 persen anak-anak menerima bantuan tambahan selama sembilan tahun pertama mereka sekolah.

8. 66 persen siswa masuk ke perguruan tinggi dan merupakan yang tertinggi di Eropa.

9. Nyaris semua siswa memilki kemampuan akademis yang merata

10. Kelas sains maksimal diisi dengan 16 siswa sehingga mereka dapat melakukan eksperimen praktis dalam setiap kelas.

11. 93 persen masyarakat Finlandia lulus dari SMA. bahkan17,5 persen lebih tinggi dari AS.


12. 43 persen dari siswa sekolah menengah Finlandia, masuk ke sekolah kejuruan.

13. Siswa SD mendapatkan 75 menit dari istirahat sehari di Finlandia dibandingkan rata-rata 27 menit di Amerika Serikat.


14. Guru hanya menghabiskan 4 jam sehari di dalam kelas, dan mengambil 2 jam seminggu untuk “pengembangan profesional.”

15. Finlandia memiliki jumlah guru sebanyak di New York City, dengan jumlah siswa yang jauh lebih sedikit. Perbandingannya, ada 600.000 siswa di Finlandia dan 1,1 juta siswa di NYC.



Masalah pendidikan karakter yang sekarang sering digembar-gemborkan, kemudian perihal bahwa banyak yang bilang kalau siswa Indonesia terlalu dimanja, makanya mentalnya jadi tidak kuat. Beda dengan orang dulu atau ketika masa kecil anda dimana kalau muridnya kalau tidak menuruti gurunya bisa dipukul pakai rotan tanpa harus ada orang tuanya yang akan marah-marah ke sekolah. 

Tanggapan saya yang pertama, jika anda terus membangga-banggakan pendidikan zaman dulu itu, "Sadarlah, zaman sudah berganti. Anak sekarang tidak hanya memperoleh informasi dari apa yang ia peroleh di sekolah. Jadi mereka tidak akan terima jika diperlakukan begitu." Anda tidak akan pernah bisa memutarbalikkan zaman, tapi anda-lah yang beradaptasi dengan zaman. 

Kedua, sistem "main pukul" seperti itu diberlakukan zaman dahulu, yakni zaman dimana para orang tua zaman sekarang bersekolah. Jadi, apakah anda telah melihat hasil dari sistem tersebut? Ya, keadaan negara Indonesia sekarang adalah hasil dari sistem itu. Korupsi dimana-mana, kriminalitas merajalela, dan keburukan lainnya. Sudah bisa dilihat sekarang?

Lalu, masihkah anda berfikir bahwa orang bermental kuat adalah melulu orang yang tahan dimarah-marahi, tahan hidup dalam tekanan, dsb. Ketahuilah, bukan itu makna sebenarnya dari mental yang kuat, mental yang kuat adalah kemampuan diri untuk menguasai diri. Ya, itu dia. Kesabaran, ikhlas, dsb, itu merupakan contoh dari mental yang kuat. 

Dengan sistem "main pukul" seperti itu, kita hanya diajarkan mental yang saya bilang di awal paragraf sebelum ini, tapi kita tidak diajarkan mental yang seutuhnya. Simpel saja, tidak usah muluk-muluk, jika anda ingin membangun pendidikan karakter, pernahkah anda mengajarkan murid anda untuk mengantri? Karena pendidikan karakter bukan hanya cara menghargai dan menghormati dalam makna sempit, tapi dengan makna yang lebih luas. Contohnya, antre tadi.

Seorang guru di Australia pernah berkata; "Kami tidak terlalu khawatir jika anak-anak di sekolah dasar kami tidak pandai matematika. Kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri."

Sewaktu ditanya, "Mengapa? Kok bisa begitu? Karena yang terjadi di negara kami justru sebaliknya."

Inilah jawaban mereka:

1. Karena kita hanya perlu melatih anak selama tiga bulan saja secara intensif untuk bisa matematika, sementara kita perlu melatih anak hingga 12 tahun atau lebih untuk bisa mengantri dan selalu ingat pelajaran berharga di balik proses mengantri.

2. Karena tidak semua anak kelak akan berprofesi menggunakan ilmu matematika kecuali; tambah, kali, kurang, dan bagi. Sebagian dari mereka akan menjadi penari, atlet Olimpiade, musisi, pelukis, dan sebagainya.

3. Karena biasanya hanya sebagian kecil saja dari murid-murid dalam satu kelas yang kelak akan memilih profesi di bidang yang berhubungan dengan matematika, sementara semua murid dalam satu kelas ini pasti akan membutuhkan etika moral dan pelajaran berharga dari mengantri di sepanjang hidup mereka kelak.

Kemudian mereka ditanya kembali, "Memang ada pelajaran berharga apa di balik mengantri?"

Mereka pun menjawab, "Oh, banyak sekali pelajaran berharganya." Antara lain;

1. Anak belajar manajemen waktu. Jika ingin mengantri paling depan, maka datanglah lebih awal.

2. Anak belajar bersabar. Menunggu gilirannya tiba, terutama jika ia di antrian paling belakang.

3. Anak belajar menghormati hak orang lain. Yang datang lebih awal, dapat giliran lebih awal dan tidak saling serobot dan merasa dirinya penting sendiri.

4. Anak belajar berdisiplin dan tidak menyerobot hak orang lain.

5. Anak belajar kreatif. Untuk memikirkan kegiaran apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan saat mengantri. Misalnya, di Jepang, biasanya orang akan membaca buku saat mengantri.

6. Anak akan belajar bersosialisasi. Meraka akan menyapa dan mengobrol dengan orang lain di antrian.

7. Anak akan belajar tabah dan sabar. Menjalani proses dalam mencapai tujuan hidupnya.


Terakhir bapak dan ibu guru, cara menghadapi anak sekarang adalah dengan menjadikan dirimu sebagai teman dan orang tuanya. Bukan hanya orang tua, tapi juga teman. Ya, teman. Sebagaimana teman-teman sebayanya. Ingat, zaman sekarang anda tidak bisa meminta untuk diberi, tapi memberilah jika ingin diberikan. Begitu juga halnya ketika di sekolah, jika anda ingin mendapatkan respek dari murid, hargailah mereka.


Saya tidak begitu paham bagaimana cara terbaik untuk mengakhiri tulisan ini, tapi yaa begitulah.



Salam, 

Rizki Alfarizi 
(Pelajar yang entah tahu apa tentang pendidikan)


Untuk teman-temanku sesama pelajar,

Jangan pernah berhenti bermimpi, kehidupan kita tidak berakhir di sekolah saja, pelajaran tidak hanya ada di sekolah saja, sukses-tidaknya kita bukan hanya di sekolah saja. Tekuni apa yang menjadi minat dan bakat kalian. Dan tetap ingat, bahwa belajar bukan untuk nilai, tapi ilmu. Nilai itu hanyalah apresiasi atas apa yang telah kita kerjakan. Kemudian, tetaplah menghormati guru dan orang tua kita dengan segala kekurangannya, karena bagaimanapun juga, mereka tetap orang tua kita yang pasti berusaha untuk kebaikan kita. Jika mereka khilaf, beri tahu saja, bisa jadi mereka hanya belum tahu. 

Anda tidak bisa meminta untuk diberi, tapi memberilah jika ingin diberi.

Cheers....
Ciao!


Baca juga yaa

2 komentar:

  1. 4. Memeriksa Catatan dan Kerapihan Catatan
    ini yang gw ga suka, jangankan di baca orang lain, gw sendiri aja suka susah klo baca catetan gw

    BalasHapus
  2. memang masih perlu banyak yg dibenahi ya di pendidikan Indonesia ini
    cuman memang semua komponen harus mau berubah

    BalasHapus

Mohon memberi komentar dengan sopan dan bijak. Silahkan komentar sepuasnya, selagi gratis!
=)