. SiRizki: Segala Tentang Menulis

Rabu, 08 April 2015

Segala Tentang Menulis

Barusan aku nontonin orang mancing ikan. Kok bisa? Karena papaku lagi ada urusan sama temennya dan kebetulan di deket rumah kawan papaku itu ada kolam pancing, ya daripada nggak ada kerjaan mendingan nontonin orang mancing.

Setelah mengamati selama beberapa menit, aku mulai mengerti betapa sakitnya menunggu. Apalagi yang ditunggu belum tentu datang. Sama kayak mancing, meskipun udah nunggu lama, belum tentu dapat ikan. Begitu ilustrasinya.

Kalo kata papaku, "Namanya juga udah hobi atau mungkin dia masih yakin bakal dapat ikan. Makanya mau nungguin."

Aku menangkap dengan jelas maksud kalimat yang dipaparkan papaku, berarti kalo seseorang udah suka sama sesuatu, maka dia bakal rela menunggu sampe dia dapet. Dan juga... Karena dia masih yakin pasti akan ngedapetin sesuatu tersebut. Makanya masih setia menunggu.


Sedikit-sedikit aku mengamati beberapa orang di kolam pancing tersebut yang pulang lebih dulu dengan wajah frustasi. Yap, disitulah dia sudah tidak yakin lagi bakal berhasil alias putus asa... Atau mungkin karena udah malem, ya pulanglah.

....

Beberapa waktu lalu, ada seorang temen menanyakanku, "Kenapa sih kau suka nulis?"

Sebenarnya aku udah pernah mengutarakannya dalam satu atau dua postingan sebelumnya, meski nggak terlalu detail. Harusnya temenku ini udah tau, hmm. Tapi malah nanya lagi. Inilah ciri orang penenggak kopi hitam dicampur lem.

Mungkin aku menjelaskannya kurang detail, jadi di kesempatan ini aku akan mencoba memaparkan sedetail yang aku mampu.

Kita mulai,

Kalau bicara sejak kapan aku suka nulis, aku akan dengan sigap menanggapi bahwa aku udah 'kesengsem' sama kegiatan ini sejak kelas 1 atau 2 SD, atau yaa mungkin kelas 2 SD, if I'm not mistaken. #Azeek

Aku inget betul tulisan apa yang pertama kali kubuat. Jadi, dulu aku dan temen sekelas pernah disuruh buat cerita, pas kelas 2 SD tentunya. Nah, entah atas dasar apa, aku ngebuat judulnya, "Bermain Layangan di Pantai." Hahaha, padahal saat itu aku jarang banget ke pantai, tapi namanya juga masih kecil.

Setelah dinilai oleh guruku, kemudian aku ngeliat catatan guruku di bawahnya, "Rizki, itu seharusnya rumah gubuk bukan rumah bubuk." disertai tanda panah yang mengarah ke kesalahanku dalam menuliskan rumah gubuk. Benar saja, pada saat itu aku emang nggak tahu kalo namanya itu rumah gubuk, aku kira rumah bubuk.

Nah, sejak saat itu lah aku keranjingan nulis dan berlanjut hingga sekarang.

Berbicara tentang proses, aku juga udah sering bergonta ganti media tulis, mulai dari kertas, tembok kamar, tembok tetangga, tembok kamar tetangga, tembok kamar tetangga yang terbuat dari kertas, Microsoft Word, sampe akhirnya aku ngebuat blog pertamaku di tahun 2011 yang beralamat, www.just-rizki.blogspot.com.

Saat itu, aku malah lebih suka ngedesain-desain blognya, bukannya nulis. Aku juga baru nyadar kalo blog-ku saat itu norak banget. Terlalu banyak widget atau hiasan yang nggak penting, terus ada lagunya lagi. Yang ada malah memberatkan, jadi susah kalau mau ngebuka lamannya.

Dan Alhamdulillah, blognya... Udah dihapus sama Google dan juga telah berganti pemilik. So, kalau kalian buka blognya, itu bukan blog-ku lagi ya! Jangan seudzon.

Lalu setahun kemudian, aku pindah platform, yang awalnya pake blogspot, aku pindah ke wordpress. Alasan: Pengen nyoba aja. Di blog kedua, tulisanku udah jauh lebih lumayan dibanding sebelumnya. Konsep blognya juga lebih simpel, bener-bener untuk daily activity, makanya tiap postingan isinya cuma singkat.

FYI, alamat blog kedua-ku, www.rizkialfarizi.wordpress.com dan masih bisa dibuka hingga sekarang. Kalo kalian liat dan baca postingannya, jelek, kan? Nah, blog sebelumnya jauh lebih jelek lagi. Coba aja bayangkan.

Beberapa postingan di blog tersebut, ada disini:
https://rizkialfarizi.wordpress.com/2013/03/27/randomnya-hobi-gue/#more-259
https://rizkialfarizi.wordpress.com/2013/03/24/akhirnya-nge-post-juga/#more-257
https://rizkialfarizi.wordpress.com/2012/07/30/nyiapin-posting-yang-panjang/#more-238
https://rizkialfarizi.wordpress.com/2012/07/22/revolusi-180-derajat/#more-233
etc.

Kalau diperhatikan, tulisan-tulisanku sebelumnya itu lebih cenderung ke How to make a joke?
bukannya How to make an article? atau How to make a great story?, makanya cenderung nggak "berisi" dan terkesan ringan banget. Kemudian, tentunya masalah tanda baca.

Kedua hal di atas adalah problema klasik penulis baru. Dan hal itulah yang masih ku pelajari hingga sekarang. Sesuatu yang sulit sepertinya, tapi insya Allah bisa.

Dan selepas itu, aku balik lagi ke platform blogspot, yaa blog yang sekarang ini, www.blogkuaci.blogspot.com. Tahun lalu sih pake custom domain, sehingga alamatnya, www.blogkuaci.com. Cuma karena kemarin jarang di-update, jadi sayang aja. Soalnya kan bayar. Rugi.

Kalo ditanya kenapa aku ngasih nama blogkuaci, aku juga nggak tahu kenapa. Jadi, pas register blog, aku pengen buat nama yang gampang diinget. Dan karena otakku ada di dengkul (yang kugunakan untuk berlutut memohon cintamu), dengan logika terbalik, aku memilih nama blogkuaci. Sumpah aku bukan pecinta kuaci atau ada hubungan keluarga dengan spesies mereka atau aku nge-endorse kuaci Home Made yang ada di Instagram. Iya, serius nggak. Beneran. Tapi nggak tahu juga apa mungkin nenekku pernah menjalin hubungan dengan biji bunga matahari tersebut.

Nah, di blogku yang inilah aku mulai belajar banyak tentang menulis, dimana aku juga mulai rutin menulis. Insya Allah bakal terus begini.

Terdapat pepatah yang konon bersumber dari Imam Al-Ghazali, "Jika kau bukan anak raja dan juga bukan anak ulama besar, maka menulislah." Karena aku bukan anak orang kaya atau anak orang yang berkuasa, maka aku tetap menulis aja.

....

Membahas tentang alasan kenapa aku suka nulis,

Hmm... Aku suka menulis karena bisa kujadikan wahana mencurahkan isi hati. Seperti yang ku paparkan di postingan lalu. Gimana ya? Aku merasa lebih "didengar" kalau melalui tulisan, gimana nggak, soalnya tulisannya aku posting di blog dan semua orang bisa ngeliat.

Terus aku juga ngerasa lebih dihargai, kenapa? Karena setiap aku nulis postingan, paling nggak bakal ada yang bilang, "Akhirnya nge-post juga." atau "Aduh, nge-junk aja pun!" Ya, nggak apa-apa, itu berarti dia udah ngeliat tulisanku meski cuma judulnya. Makanya kalo ada orang lain yang membaca tulisanku, aku bakal lebih semangat nulis terlepas yang baca suka atau nggak.

Karena aku percaya, kualitas tulisan seseorang akan meningkat dengan sendirinya seiring kerutinannya menulis. "Bisa karena biasa" Bener, kan?

....

Banyak penulis yang tersendat-sendat atau tulisannya tak kunjung selesai karena masalah waktu. Harus kita akui bahwa kegiatan kita, terutama yang tidak mencari nafkah lewat tulisan, mereka memiliki aktivitas lain yang mungkin tidak ada kaitannya sama sekali dengan menulis. Hingga akhirnya terlena, dan kelupaan. Itu wajar.

Masalah utama dalam menulis, menurutku adalah konsistensi dan rutinitas. Dengan begitu, kualitas dan kuantitas tulisan akan tetap terjaga. Nah, kalau sudah konsisten dan rutin, maka ide-ide akan lebih mudah didapatkan. Kalau nggak percaya, silahkan dicoba.

Sekedar tips, kalau misalkan lagi nggak ada ide buat nulis, lantas apa yang dilakukan? Cobalah menulis "Kenapa kalian nggak ada ide?" atau tentang ketidak-tahuan kalian itu. Jadi dari situ, kalian akan menulis keresahan-keresahan kalian sendiri dan akhirnya jadilah sebuah tulisan.

Tips lain yang tak kalah penting adalah jangan menulis sambil menyunting atau mengedit. Bila begitu, tulisan kalian nggak akan selesai-selesai. Baru nulis satu kalimat, dibaca, terus dihapus. Yang ada nggak jadi tulisannya. Maka dari itu, tulis aja dulu apa yang mau ditulis, tulis aja apa yang ada di kepala kalian. Ntar kalo udah selesai semua, baru deh disusun.

Makanya aku seringnya belakangan ngebuat judul, yang penting tulis aja dulu (tapi topik tetep harus yang pertama), ntar bakal tahu sendiri kok mau dikasih judul apa.

....

Apa sih yang penting dalam menulis?

Sesuai dengan tujuanku, untuk berbagi, hobi, dan curhat. Maka, kejujuran dalam menulis jelaslah penting. Dari dulu aku selalu mencoba, gimana sih supaya bisa nulis apa adanya? Aku juga tetap terus nyoba nulis secara jujur sedikit demi sedikit.

Kalo udah jujur, maka kita akan nulis secara "lepas" tapi bukan kelepasan. Maka, pembaca juga bakal lebih paham apa maksud dari tulisan yang kita buat.

Aku sendiri lebih sering curhat di bagian joke yang aku lontarkan, karena joke lebih mudah diperoleh dari keresahan pribadi. Selanjutnya tentang hal tersebut, aku jelasin di bawah ya...

Gaya penulisan,

Aku nggak tahu banyak soal teori menulis, tapi yang kufokuskan adalah membuat gaya menulis yang ringan, tidak berbelit-belit (ini sulit), dan terdapat beberapa joke di dalamnya.

Cara membuat gaya penulisan yang membuat pembaca nyaman adalah dengan belajar. Menurutku, aspek ini merupakan salah satu bagian tersulit dalam menulis. Karena disini kita nggak sekedar menulis, tapi gimana caranya membuat pembaca nyaman dan menangkap maksud yang penulis sampaikan.

Lewat gaya penulisan, penulis juga dapat menunjukkan jati diri atau karakternya gimana. Ya, kira-kira sebagai pembentukan karakter, lah.

Penulis yang baik adalah pembaca yang rakus. Dengan demikian, penulis bisa mempelajari gimana cara menulis yang baik dan gimana yang buruk. Logikanya, semakin banyak yang dibaca dan dipelajari, semakin bagus pula kualitas penulisannya.

Pada mulanya mungkin kita sebagai penulis bakal melakukan beberapa peniruan terhadap penulis-penulis yang udah terkenal, itu proses yang wajar untuk akhirnya menemukan otentitas atau karakter sendiri.

Selepas itu, kita bakal menganalisa jokes atau beberapa lelucon yang diletakkan pada tulisan. Pada dasarnya, ada dua bagian penting jika kita ingin membuat lelucon, pertama bagian setup atau bagian yang tidak lucu, bisa dibilang sebagai pengantar joke tersebut dimana setup ini bertujuan untuk menjelaskan bagian yang lucu, yaitu punchline. Contohnya begini, 

Setup: “Kan di deket rumahku ada pasar malam, Nah, kebetulan disana ada wahana mandi bola. Cuma sayangnya warga di deket rumahku itu pada norak. Saking noraknya, mandi bolanya itu....”
Punchline: "Bawa sabun ma shampo."
Kalau kriteria jokes, aku suka banget sama smartjokes, dimana hal tersebut berarti lelucon itu berasal dari hasil observasi atau analisa. Jadi, bukan lelucon lempar-lemparan tepung seperti yang sedang booming di TV. Dan aku juga tahu bahwa, tidak semua orang bakal ketawa dengan lelucon semacam itu. Karena aku dulu juga begitu.
Memperoleh lelucon itu darimana sih? 
Kalo aku sih biasanya berasal dari keresahan atau masalah pribadi. Contohnya, aku ada masalah percintaan, maka aku akan membuat, "Dulu aku suka main layangan, tapi sekarang nggak lagi. Karena aku udah mengerti betapa sakitnya ditarik ulur."

Disitulah mengapa aku bilang menulis adalah bagian dari curhat. (Curigalah, di setiap joke yang aku buat, ada curhat terselubung di dalamnya. Haha.)
Lalu, apakah harus punya keresahan supaya bisa buat joke? Gue nggak ada masalah nih, cari masalah, yuk!
Ya, nggak lah. Kita juga bisa melakukan observasi terhadap masalah yang ada di sekitar kita, misalnya masalah temen, keluarga, negara, atau apalah. Terus, bukan cuma keresahan kok sumber joke itu, cuma kalo kita mengambil dari keresahan, maka akan lebih mudah dan kemungkinan "pecah"-nya lebih besar. Karena menghasilkan respon, "Waah, ini gue banget.", "Hahaha, bener juga, ya!", atau "Kampret! Kok bisa?!!?!"
Intinya, saat orang lain menghadapi masalah melalui sudut pandang yang serius, maka kita memandangnya dari sudut pandang yang konyol dan dengan logika terbalik. 
Aku juga suka joke yang memanfaatkan logika terbalik dengan mengolah sebuah kalimat yang sebenarnya "waras", menjadi "tidak waras", seperti;
"Kalo lebaran, jalanan pasti macet. Karena banyak kendaraan yang pada serobot sana, serobot sini. Itu masih serobot, gimana lagi kalo dua robot?" 
Mungkin respon pertama kita adalah, "Maksudnya?" lalu membaca ulang kalimat tersebut. Dan menurutku joke semacam itu simpel dan lucu.
Kata Raditya Dika, "Intinya, komedi itu suatu dunia luas untuk ngejawab satu pertanyaan..

Pertanyaan yang sebenernya, simpel banget: "Apa yang membuat saya tertawa?""


Pesanku, letakkan-lah lelucon sesuai porsi yang pas!
....
Alhamdulillah, akhirnya udah di penghujung tulisan. Jariku udah keriting semua, terus pada berpindahan lagi. Jari kelingking ke telunjuk, jari telunjuk ke jempol, jari jempol ke tembok... Tembok kamar tetangga. 
And... Aku udah menjelaskan panjang lebar, mulai dari sejarah aku nulis, blog, tips, cara menulis, dan banyak lagi. Pokoknya aku berterima kasih buat semua yang mendukung aku untuk terus menulis, dari Tuhan, orang tua, teman-teman, dan semuanya.
Semoga aku tetep terus konsisten, Amin. 










Baca juga yaa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon memberi komentar dengan sopan dan bijak. Silahkan komentar sepuasnya, selagi gratis!
=)