. SiRizki: Belajar merupakan Usahamu, Nak!

Minggu, 02 Agustus 2015

Belajar merupakan Usahamu, Nak!


Liburanku udah usai seminggu yang lalu, kini aku sedang menjalani kegiatan yang sudah seharusnya ku lakukan, sekolah beserta teman-temannya, seperti les, dsb. Males? Ya, iya.

Karena udah libur sekitar dua bulan, nggak aneh kalo aku jadi malas belajar, les, sekolah, dan antek-anteknya. Sampai di suatu malam, aku yang dijemput oleh abang dan mamaku dari tempat les melakukan pembicaraan tentang sekolahku. Banyak yang kami bicarakan hingga abangku menceritakan pengalamannya dulu, kebetulan abangku merupakan alumni dari sekolah yang sama denganku. Ia berujar,


"Dulu disitu kawan abang ada yang bunuh diri."

"Di sekolah, bang?" Tanyaku penuh penasaran.

"Iya, gara-gara putus sama pacarnya."

"Cewek apa cowok, bang?" Tanyaku lagi.

"Cewek kalau nggak salah itu. Iya, cewek."

Mamaku tiba-tiba nyeletuk, "Tuh 'kan, makanya bahaya kalau anak sekolah udah pacaran, bukannya apa-apa. Mereka itu masih labil, jadi kalau ada masalah, nggak tahu cara nyelesainnya gimana."

Pembicaraan pun ditutup dengan topik yang ngawur.

...

Di rumah, di malam yang sama, aku masuk ke kamar mamaku dan sholat Isya di sana. Entah mengapa aku lebih suka sholat di kamar mamaku, lebih nyaman aja rasanya. Seusai sholat, mamaku yang sudah berada di kamarnya sedari awal memulai pembicaraan sambil memainkan handphone-nya, (Pembicaraannya memang tidak seperti ini 100%, tapi intinya tetap sama)

"Ngeri kali ya, kawan abangmu yang bunuh diri itu."

"Hmm.." Aku hanya menanggapi santai sembari melipat sajadah. Lalu aku merebahkan diri di tempat tidur mamaku.

"Iya, makanya itu lah mama minta kau nggak usah pacaran-pacaran dulu. Mama bukannya ngelarang, tapi lebih baik nggak usah."

"Iya, Ma." Aku sudah menduga pembicaraannya mengarah kemana. Mamaku pasti akan menasihatiku. FYI, semenjak mamaku rajin menghadiri acara tafsir Al-Qur'an bersama teman-temannya, mamaku jadi sangat amat bijak.

"Serius mama. Bagusan kau itu baik-baik aja dulu belajar. Tinggal 8 bulan lagi kok lebih kurang. Habis itu terserah kau lah mau ngapain."

"Iya, tadi kan les, Ma. Nggak males kok." Aku mencoba meyakini mamaku, padahal aku masih saja malas."

"Nggak perlu kau kejar-kejar kali orang yang kau suka itu, kalo ada sih. Kalo nggak ada yang kau suka berarti kau nggak normal. Hahahahaha..."

Suasana jadi canggung akibat lawakan garing mamaku.

"Lagian ya, dengan kau belajar sungguh-sungguh, itu berarti merupakan usaha kau untuk dapetin orang yang kau suka itu."

"Ya, terus?" Disini aku mulai tertarik dengan pembicaraan mamaku.

"Gini ya, kalo kau masuk PTN yang bagus, masa depan cerah, ya kemungkinan besar dia bakal mau sama kau. Lah, kalo kau nggak jadi apa-apa, siapa yang mau sama kau?"

"Oohh.. Gitu."

"Lagian kemarin kau suka sama siapa itu?" Mamaku mulai modus, berusaha mengeluarkanku dari alam sadar.

"Nggak ah, mana ada suka sama siapa-siapa, Ma."

"Ha, ya udah lah. Anggap aja ada. Nih mama kasih tau lagi ya. Disaat yang lain berusaha deketin orang yang dia suka dengan ngasih ini, ngasih itu, atau kek mana lah. Kau harus beda. Kau berusaha untuk ngasih masa depan ke dia." Mamaku memang suka berbicara tentang masa depan, dan aku bersyukur sifat itu diwariskan ke dalam diriku.

"Apanya, Ma. Kejauhan."

"Ya, iya lah. Kau ngejer dia itu dengan belajar, Nak. Terus ya, pas kau udah kuliah nanti pemikiran kau tentang pacar itu beda. Kau nggak akan cuma nengok fisiknya atau sifatnya, tapi juga masa depannya. Kalau gelap, nanti mau makan apa kau?"

"Iya, tau kalo itu, Ma."

"Makanya itu. Pasangan itu harus yang seimbang, kau bakal ngerti nanti. Contohnya, misalkan kau punya pacar kuliah di London, eh kau cuma kuliah swasta. Yang ada ujung-ujungnya berabe."

"Hmm..."

"Terus kenapa mama nggak nyaranin kau pacaran sekarang, mama takut kau bakal keganggu, nggak fokus. Terus yang lebih utama lagi, kau itu masih muda kali. Kau belum ngerti cara gini, cara gitu. Kalo ada masalah gimana. Jangan kau lihat kawan-kawanmu yang lain itu, mereka belum ngerti. Mama udah punya anak tiga, jadi mama ngerti."

"Ya, udah lah ya, Ma."

"Iya, inget, ya. Kau belajar ini bukan cuma untuk kau, tapi juga untuk orang tua, keluarga, sama orang yang kau suka itu. Jadi, belajar merupakan cara terbaik untuk deketin dia. Kalau jodoh kan nggak kemana."

"Iya, iya.."

Mungkin untuk sementara ini kau bakal fokus belajar kan. Bukannya untuk ngejauhin dia, tapi. Gimana ya, ibarat kau ditarik dulu ke belakang, terus lompat jauh ke depan. Gitu, Nak. Ngomong-ngomong siapa namanya kemarin?"

"Siapa? Mana ada. Beneran nggak ada, kok. Santai aja, nanti aja itu."

"Kan bener, kau nggak normal. Hahahaha. Ya, udah lah ya, Nak. Belajar aja dulu yang bener. Inget, usaha kau untuk dapetin dia dengan belajar. Jadi, dinikmatin aja."

"Sip!"

"Mama bicara tentang pacaran karena kemarin mama baca, penting untuk ngasih tahu anak seumuran kau tentang ini. Supaya nggak salah."

"Ooh.. Pantes."
...

Awalnya aku cukup kaget kok bisa mamaku bahas panjang lebar tentang pacaran denganku, sesuatu yang jarang dibahas sebelumnya. Malah aku sempet nggak yakin kalau yang lagi berbicara denganku adalah mamaku beneran. Aku juga nggak nyangka ternyata itu rahasia mamaku selama ini kenapa dia selalu nyaranin aku untuk nggak pacaran-pacaran dulu.

Aku sih emang nurut-nurut aja, nggak mau yang aneh-aneh. Tapi, aku baru ngerti alasannya kenapa. Simpel, karena dia sayang samaku.

Aku juga cukup aneh dengan orang tua yang ngizinin gitu aja anaknya yang masih di bawah umur untuk pacaran, iya aneh. Kenapa? Nggak tau, aneh aja. Karena menurutku orang tua masih lebih berhak untuk melindungi anaknya yang masih di bawah umur dibanding orang lain. Begitu.

Untuk kalian semua, ada baiknya kalian juga ngikutin apa yang dibilang mamaku, karena itu juga untuk kebaikan kita semua. Apalagi yang udah kelas 3 SMA, perjuangan kita tinggal sedikit lagi, kawan. Delapan bulan lagi menuju masa depan.

Tapi, masa depan yang cerah kan nggak cuma ditentuin sama seleksi PTN atau sebagainya?

Iya, bener banget. Tapi seleksi PTN dan teman-temannya kayak seleksi STAN, AKPOL, dsb merupakan salah satunya yang menentukan 'kan?

Dan yang paling penting, sisa perjuangan kita ini jangan dibawa stres, nikmatin aja. Kayak games. Jangan dibawa beban, anggap ini adalah permainan. Semuanya akan baik-baik saja kok. Okey?

Tetep fokus dan Good Luck!

Baca juga yaa

1 komentar:

  1. Orangtua punya kasih sayang yang luar biasa untuk anaknya.
    Belajar adalah sesuatu hla yang nggak akan mati. Dengan belajar, wawasan kita akan bertambah, ilmu kita akan semakin berkembang, dan terlebih belajar untuk masa depan yang lebih baik.

    BalasHapus

Mohon memberi komentar dengan sopan dan bijak. Silahkan komentar sepuasnya, selagi gratis!
=)